Basa Using: Bengen lan Mbisuke (2) Pendapat Para Peserta

Antariksawan Jusuf (dipublikasikan pada Senin, 16 Desember 2019 18:26 WIB)
- Laporan



Pengantar Redaksi: Tanggal 14 Desember 2019 lalu Sengker Kuwung Belambangan (SKB) menggelar Gesah, Basa Using: Bengen lan Mbisuke di Kafe Hore Banyuwangi.
Acara yang dimoderatori oleh Kang Hasan Basri dan dihadiri oleh berbagai seniman dan pegiat budaya memberi banyak masukan yang menunjukkan kepedulian mereka kepada bahasa Using.

Menurut Moderator Kang Hasan Basri situasi memprihatinkan akan kondisi bahasa Using saat ini adalah: pijakan perda nomor 5 tahun 2007 yang sudah dicabut, Kurikulum 2013 yang mengharuskan guru mengajar sesuai bidang keilmuannya dan tiadanya anggaran dalam lima tahun terakhir.
   "Tetapi harus dikasih tepuk tangan adalah perjuangan guru-guru sekolah dasar yang terus bergerak meskipun memakai dana sendiri."
   Hal ini didukung oleh Kang Juwono guru SD Singojuruh yang mengatakan bahwa ia dengan beberapa kolega terus mengadakan pelatihan mulai dari Wongsorejo sampai Kalibaru.
   "Soal ejaan dan faktor kebahasaan lainnya tidak masalah. Guru-guru bisa menerima. Mereka kesulitan kalau membahas sastra Using. Misalnya ketidakpahaman tentang wangsalan. Atau mengintepretasikan puisi Using seperti Padha Nonton," kata guru yang juga panjak/pemusik angklung ini.
   Seorang pegiat budaya yang banyak menulis tentang musik Banyuwangi Elvin Hendrata mengatakan kalau akan menyempurnakan kondisi Bahasa Using saat ini harus dengan pendekatan ilmu, seperti pijakan yang sudah dilakukan para pendahulu sebelumnya.
   "Argumentasi dengan latar belakang keilmuwan. Ya harus dengan bekal ilmu Linguistik, Fonologi, Morfologi, Semantik dan lain-lain," kata penjaga gawang grup Artevac ini.
   Penulis novel yang menang Hadiah Rancage Moh. Syaiful menambahkan, yang paling penting dilakukan untuk menegakkan marwah bahasa Using adalah berkarya. Kalau sastra itu perlu, sudahkah kita menulis sastra? Kalau wadah harus diperbanyak, sudahkah kita ikut membuat wadahnya misalnya web?
   Sementara itu pengamat budaya Begawan Tjiptoroso mengajak semua pihak bagaimana agar bahasa Using diakui sebagai bahasa daerah. Kosakata kamus harus ditambah dan kalau sudah diresmikan sebagai bahasa daerah, anggaran akan mengikuti. Juga perlu untuk pengayaan adalah buku-buku cerita yang bisa dijadikan materi untuk guru-guru.
   Seorang pelukis berdarah Madura kelahiran Banyuwangi Abdul Aziz mengatakan bahasa Using belum menjadi bahasa Ibu di rumah-rumah. Anak-anak Using memanggil ibunya: umi atau ibu atau mama dan mami. Problemnya bukan di anggaran tapi berangkat dari pribadi masing-masing."
   Pemilik kafe Hore Ilham Panji Blambangan menambahkan agar Perda jangan memaksakan diri untuk mengajarkan bahasa Jawa. "Guru-gurunya saja tidak mampu membaca hanacaraka...Mestinya Dewan Kesenian Blambangan bisa membantu menekan bupati supaya mengeluarkan perda mengganti bahasa Jawa menjadi bahasa Using."
   Kang Ilham mengatakan orang Banyuwangi harus bangga budaya Austronesia datang masuk Banyuwangi di Glenmore (situs Kendeng Lembu) meskipun sebagai anggota Cagar Budaya ia belum sekalipun menemukan gerabah yang bertuliskan huruf asli Banyuwangi.
   Pelaku seni dan pelatih tari Samsul Slamet Diharjo berharap agar kekayaan bahasa, misalnya logat-logat antar desa dan ungkapan-ungkapan khas dapat diakomodasi di kamus dan dicatat.
   Dan Aguk Wahyu Nurhadi pegiat radio komunitas memberi kabar baik dengan akan diterbitkannya majalah Seblang berbahasa Using yang sempat mati suri beberapa tahun.
   Dalam penutupnya Moderator Kang Hasan Basri mengatakan: "Forum ini harus ditingkatkan lagi menjadi sebuah forum ilmiah." Kang Hasan Basri juga mengatakan almarhum Hasan Ali dulu pernah menitipkan padanya untuk mempelajari bahasa dengan pendekatan ilmiah. Tapi ia merasa tak mampu. Dengan forum ini meski bersilang pendapat ia tetap bangga: "Kabeh semangate padha dhemen lan welas ring basa Using."


Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.


Editor: Hani Z. Noor