Basanan ring Basa Using

Antariksawan Jusuf (dipublikasikan pada Selasa, 23 Februari 2021 09:18 WIB)
- Opini



Engko dalu jam 19.00-20.00 Dewan Kesenian Blambangan (DKB) nduwe iwuh bareng ambi Blambangan 88.1 FM, arep nganakaken gesah hang diarani “Menghidupkan Lagi Tradisi Berpantun di Banyuwangi.”

   Gesahe ring acara “Serat Blambangan” sak liyane bisa dirungokaken ring radio Blambangan, uga bisa dipiloni ring facebook live Radio Blambangan lan WA interactive 08113786881.

   Narasumbere ana kang Juwono, guru SD Singojuruh hang uga wis dadi pengajar basa Using lan tuwuk milu nyiyapaken naskah-naskah pelajaran basa Using, Aden ‘Janakim’ Syahlana lan seniman Slamet Sugiono.

  Kanggo sangu ngerungokaken gesahe, hun juwutaken sari tulisan bab Basanan hang ditulis ring Syuhadak mahasiswa S2 ring Universitas Jember teka buku Sastra, Seni, Santet – Sekumpulan Artikel Tentang Banyuwangi (SKB 2017).

   Basanan, dalam bahasa Indonesia disebut pantun, salah satu karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan Using adalah ragam puisi lisan Using yang merupakan hasil ungkapan perasaan dan pikiran pengarang.

Fungsi Basanan

Basanan mempunyai banyak fungsi, ungkapan yang biasanya digunakan oleh orang tua kepada anaknya, eyang kepada cucunya, orang tua kepada orang yang lebih muda dan lain sebagainya. Bisa berupa (1) nasihat, (2) sindiran, (3) humor atau hiburan, (4) menyatakan pujian.

Nilai-Nilai Kultural dalam Basanan

Berdasar arah dan fungsi nilai bagi kehidupan manusia, basanan mengandung (1) nilai ketuhanan manusia (religiusitas), (2) nilai sosial dan (3) nilai kepribadian manusia.

Dipaparan berikutnya, nilai ketuhanan, a. Merupakan Pengakuan Keberadaan Tuhan dan b. Kebaktian Manusia kepada Tuhan.

Nilai Sosial dalam Basanan

   Setiap masyarakat mempunyai standar yang digunakan untuk mengevaluasi tingkah laku manusia. Nilai itu digunakan untuk menilai setiap kegiatan hidup dan sekaligus dasar pelaksanaan kegiatan hidup bermasyarakat. Nilai sosial selanjutnya digunakan untuk merumuskan tujuan dan aspirasi masyarakat yang selanjutnya digunakan untuk mengontrol gerakan dan arah kegiatan hidup. Standar nilai yang digunakan pada masyarakat itu ada yang berlaku universal dan ada yang berlaku untuk kelompok sosial khusus. Dalam basanan nilai-nilai itu meliputi (1) menepati janji, (2) bertanggung jawab, (3) kerukunan, (4) kesetiaan, (5) berbakti kepada orang tua, (6) memuliakan orang lain, (7) sopan santun, saling mendoakan, (8) saling memaafkan, (9) saling mengingatkan, (10) suka menolong, dan (11) kasih sayang atau cinta kasih.

Salah satu contohnya adalah:

    Ana lintang ya ana serngenge

Kupu cedhung ya layang-layangan

Ketang-ketang sing gadug merene

Janji kadhung ya wis semayanan

   Basanan ini mengandung maksud sindiran bahwa mengapa sampai tidak menepati janji padahal sudah membuat janji atau kesepakatan sebelumnya ketang-ketang sing gadug merene, janji kadhung wis semayanan. Frase sing gadug merene pada tuturan tersebut mempunyai arti konotasi, bukan denotasi. Jika diartikan secara denotasi maka artinya “tidak sampai ke sini”, tetapi jika diartikan secara konotasi maka artinya “tidak menepati janji”. Sedangkan untuk kata semayanan merujuk pada makna “sudah ada kesepakatan sebelumnya”.

Nilai Kepribadian dalam Basanan

Manusia selain sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu. Manusia dalam hidupnya mempunyai keterkaitan dengan sesamanya terdapat hal yang sifatnya individu. Menurut Lysen (dalam Ahmadi, 1991:95) manusia sebagai makhluk individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.

   Dalam basanan yang mengandung nilai kepribadian tercermin (1) Kegigihan (2) Rendah Hati (3) Tahu diri (4) Keberanian (5) Kesabaran (6) Kehematan (7) Kesungguhan (8) Kewaspadaan Hidup/Mawas Diri.

Kesimpulan

   Pertama, fungsi basanan dalam kehidupan masyarakat Using Banyuwangi meliputi nasihat, digunakan oleh orang tua kepada anaknya, eyang kepada cucunya, dan orang tua kepada orang yang lebih muda. Fungsi yang kedua adalah sindiran, digunakan oleh orang tua kepada orang tua, orang tua kepada yang orang lebih muda atau sebaliknya, dan orang muda kepada orang muda dan lain sebagainya. Fungsi yang ketiga adalah humor atau permainan, digunakan oleh anak-anak, remaja dan juga orang tua. Fungsi yang keempat adalah untuk menyatakan perasaan hati, sering digunakan oleh muda-mudi. Fungsi yang kelima adalah menyatakan pujian, digunakan orang tua untuk memuji anaknya, seorang teman memuji teman lainnya, dan juga pujian seseorang kepada tetangganya. Fungsi yang keenam adalah mengingatkan orang untuk sahur, digunakan oleh seseorang untuk membangunkan tetangganya (masyarakat). Kemudian fungsi yang ketujuh adalah untuk pendidikan, digunakan oleh orang tua kepada anaknya, eyang kepada cucunya, dan orang tua kepada orang yang lebih muda atau generasi penerus. Generasi muda yang dimaksud adalah anak-anak dan orang muda (remaja). 

   Kedua, dalam basanan Using Banyuwangi mengandung nilai-nilai kultural. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai religiusitas, nilai sosial, dan nilai kepribadian. Nilai religiusitas dalam basanan meliputi pengakuan adanya Tuhan. Nilai sosial dalam basanan meliputi menepati janji, bertanggung jawab, kerukunan, kesetiaan, berbakti kepada orang tua, memuliakan orang lain, sopan santun, saling mendoakan, saling memaafkan, saling mengingatkan, suka menolong, dan kasih sayang. Nilai kepribadian dalam basanan meliputi kegigihan, rendah hati, tahu diri, keberanian, kesabaran, hemat, kesungguhan, dan kewaspadaan hidup (mawas diri).

Kadhung kepingin weruh sak jangkepe sak tuladha saben-saben basanan lan fungsine ana ring bukune. Nawi engko dalu bisa tambah enjong ngerungokaken gesahe kadhung wis weruh ilmune.

Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.


Sumber : Sastra, Seni, Santet, Sekumpulan Artikel Tentang Banyuwangi

Editor: Hani Z. Noor