Dinasti Kepakisan (1352-1433) di Balambangan
M Hidayat Aji Wirabhumi (dipublikasikan pada Kamis, 04 Februari 2021 07:08 WIB)
- Esai
Seluruh data mengenai Kadipaten Balumbungan paling banter hanya terdapat dalam babad disamping banyaknya cerita rakyat tentang itu. Data utama yang dipakai dalam Bab ini adalah sebuah Cerita Rakyat ‘Suluk Balumbung’ yang pernah kami diterbitkan dalam buku Suluh Balambangan. Namun demikian mengenai Dinasti Kepakisan, tetaplah Babad Dalem dari Bali menjadi rujukan utamanya.
Sejarawan Senior Banyuwangi, Samsubur, dalam materi seminar pariwisata di Banyuwangi (2018) menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Maharaja Erlangga (1019-1042) telah dikeluarkan sebuah Prasasti untuk Shima Bharu (dibuat tahun 950 M dan diperbarui tahun 1030 M) yang kini tiruannya tersimpan di Pura Madusasana, Barumanis (di Kalibaru, Banyuwangi). Selain itu juga ada Prasasti Katapang (dibuat tahun 1098 M, dan diperbarui tahun 1359 M). Jadi pada masa itu ujung timur Jawa ini masih berupa desa-desa kecil, yang sebagian berstatus Perdikan/Simha yang dipimpin oleh para Rama.
Prasasti Jayanegara I (1316) juga masih menyebutnya Ke-Rama-an Malambangan, sedangkan pupuh 28 : 1 Negarakretagama (1359) menjadi sumber yang paling jelas menyebut nama Balumbung. Adapun sumber babad yang menyebut Balambangan sebagai Kadipaten antara lain Babad Dalem, Babad Demak, Babad Walisanga, Babad Pajang, dan sebagainya. Dari sumber-sumber tersebut terdapat nama-nama tokoh yang silih berganti menjadi penguasa di kadipaten ini. Dimulai dari yang pertama dan tertulis dalam Babad Dalem yakni Sri Bima Chili Kepakisan yang memerintah sejak tahun 1352.
Dinasti Kepakisan adalah dinasti yang diturunkan dari Mpu Soma Kepakisan, guru sekaligus penasihat Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada. Menurut Babad Bali-Manik Angkeran, Mpu Soma Kepakisan memiliki tiga saudara; (1) Mpu Dhang Hyang Panawasikan, (2) Mpu Bekung/Dhang Hyang Sidimantra, dan (3) Mpu Dhang Hyang Asmaranatha. Mereka berempat adalah putra dari Mpu Tantular/ Dhang Hyang Angsoka Natha, putra dari Mpu Bahula dengan Ratna Manggali (putri dari Calonarang). Mpu Bahula adalah putra dari Mpu Bharadah, putra dari Mpu Lempita/Dhang Hyang Tanuhun, putra dari Dhang Hyang Bajrasatwa/Bajranatha.
Dalam legenda Bali dikisahkan, ketika Mpu Soma Kepakisan melaksanakan upacara Surya Sewana, beliau bertemu dengan bidadari yang kemudian dinikahinya. Mereka kemudian dikaruniai empat orang anak, tiga putra dan satu putri yang diberi nama; Sri Juru/Bima Chili Kepakisan, Bima Sakti Kepakisan, Dyah Ayu Muter/Sukanya, dan Aji Kresna Kepakisan. Pakis bermakna Paku dan dikaitkan dengan Paku Bhumi. Gelar Kepakisan ini diberikan kepada Brahmana yang berubah kasta menjadi Ksatria setelah melalui upacara Wangbang.
Para putra dari Mpu Soma Kepakisan ini disebut dalam Babad Dalem dilantik oleh Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada pada masa pemerintahan Maharajadiraja Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk (1350-1389).
Dalam Suluk Balumbung disebutkan bahwa ketiga putra Mpu Soma Kepakisan itu belajar pada Mpu Mahisa Suradenta/Panji Kertayasa di Gunung Lumbu. Yang tertua, Bima Chili bahkan telah menjadi menantu dari gurunya tersebut. Maka tak mengherankan jika pada tahun 1352 dialah yang kemudian ditunjuk oleh penguasa Majapahit untuk menggantikan guru, paman, sekaligus mertuanya yang telah gugur tahun 1347, saat desa mereka diserang oleh Pangeran Makambika dari Gelgel. Jadi antara tahun 1347-1352 Bima Chili sudah menjadi Wiyasa (pemimpin para Rama) di Watek Perdikan Malambangan. Kemudian pada tahun 1352 Bima Chili dilantik sebagai Juru atau Adipati di Malambangan yang kemudian berubah menjadi Kadipaten Balumbung/Balumbungan setelah ditambahkan watek-watek lain di sekitarnya dalam wilayah Kadipaten baru tersebut.
Menurut Babad Dalem, Bima Chili Kepakisan dikaruniai anak laki-laki bernama Pangeran Kuda Penandang Kajar yang menjadi anak angkat raja Bali. Sedangkan menurut Suluk Balumbung, Adipati Balumbungan ini memiliki dua orang anak yang bernama Dharmasora Kepakisan dan Dyah Ayunda Kepakisan. Dyah Ayunda Kepakisan ini adalah salah satu selir Bhre Wirabhumi II Bhatara Rajanatha (1375-1406).
Sepeninggal Bima Chili Kepakisan tahun 1406, tahta Kadipaten Balumbungan dilanjutkan oleh putranya Pangeran Kuda Penandang Kajar yang sebelumnya telah dipanggil pulang dari Gelgel-Bali untuk diwisuda sebagai Adipati bergelar Aji Dharmashora Kepakisan. Jadi, selama masih menjadi Kadipaten bagian dari Kemaharajaan Majapahit, Kadipaten Balumbungan pernah dipimpin oleh dua orang dari Dinasti Kepakisan, yakni;
Sira Dalem Juru I Sri Bima Chili Kepakisan (1352-1406),
Sira Dalem Juru II Pangeran Kuda Penandang Kajar, Sri Aji Dharmasora Kepakisan (1406-1433).
BAHAN BACAAN:
Ajisangkala.id
Suluh Balambangan
Babad Dalem
Prasasti Jayanegara I (1316)
Negarakretagama
Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.
Sumber : http://ajisangkala.id/
Editor: Hani Z. Noor
