Gumuk Jati, Benteng Terakhir Tak Dikenal
M Hidayat Aji Wirabhumi (dipublikasikan pada Senin, 16 Maret 2020 08:36 WIB)
- Esai
Gumuk Jati nerupakan sebuah pos/benteng pertahanan milik sisa-sisa pejuang Balambangan, pasca jatuhnya Benteng Bayu tahun 1772. Tulisan ini sekaligus untuk membuka wawasan kita bahwa Perang Balambangan tidak hanya terjadi di Bayu, dan perang Bayu (1772) itu bukanlah perang terakhir yang dilakukan para pejuang Balambangan.
Ketika membicarakan Benteng, biasanya imajinasi kita akan membayangkan sebuah bangunan tembok batu atau batu bata tebal yang dilengkapi dengan menara pengawas dan meriam di atasnya. Namun, di Jawa, Benteng tradisional yang biasa disebut Palisada hanyalah sebuah tanah tinggi yang dikelilingi Palisada dan Sunga/Sudha. Palidasa adalah tembok dari kayu utuh yang ditata mengelilingi benteng. Sedangkan Sunga/Sudha adalah parit atau lubang jebakan yang digali pada tanah di sekeliling benteng yang didalamnya diberi bambu runcing.
Benteng kita kali ini adalah Benteng Gumuk Jati, yang berada di Kemantren Sabrang. Kalau sekarang Kemantren Sabrang kira-kira meliputi wilayah Wuluhan, Ambulu, Jenggawah, dan Tempurejo di Jember Selatan. Benteng ini merupakan salah satu benteng inti Balambangan pasca Perang Bayu (1772).
Pemimpin Benteng Gumuk Jati sebelumnya adalah Bagus Dalem Jayaningrat/Mas Gumuk Jati, ayah dari Mas Wiwit dan Mas Ayu Wiwit. Pasca 1772, benteng ini dipimpin oleh Dalem Puger Mas Surawijaya (putera sulung Pangeran Agung Wilis). Sebagai catatan saja, walau beliau adalah seorang Dalem di Puger, namun pasca jatuhnya Puger ke tangan VOC, beliau berkuasa dan memerintah dari Sabrang di benteng Gumuk Jati tersebut.
Di sana terdapat beberapa ratus jagabela yang bertugas tetap untuk mempertahankan daerah Sabrang dan sekitarnya dari serangan VOC, yang waktu itu telah bermarkas di daerah Keting (dekat Puger, Jember).
Benteng Gumuk Jati terhubung dengan jalan kecil ke benteng Seloblas (sekitar Watuulo), sebelah timur Gunung Watangan. Dari Seloblas, hubungan dengan Nusa Barong di barat, dan Gunung Beteng (Meru-Betiri) di timur, dilakukan dengan menggunakan empat buah perahu jenis pecalang. Setelah tahun 1772 (pasca Perang Bayu), maka Benteng Gumuk Jati dan Seloblas menjadi pertahanan terakhir para pejuang Balambangan, di bawah pimpinan Dalem Puger Mas Surawijaya.
Benteng Gumuk Jati berhasil bertahan selama beberapa bulan hingga kemudian ditaklukkan VOC tahun 1773, setelah Mas Ayu Wiwit terbunuh di pegunungan dalam sebuah operasi militer VOC yang dipimpin oleh Letnan Fischer. Saat itu Dalem Puger Mas Surawijaya tertangkap kemudian dibawa ke Banger dan dipenjara di sana.
Para pejuang Balambangan kemudian melanjutkan perlawanan di Nusa Barong (1777) dan di tempat-tempat lain dengan bergerilya antara tahun (1777-1815).
Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.
Sumber : De Jonge: De Opkomst, Sam Subur: Sejarah Kerajaan Blambangan, Sri Margana: Perebutan Hegemoni Blambangan, Suluk Balumbung, Babad Bayu
Editor: Antariksawan Jusuf
