Pangeran Majapahit Pendiri Blambangan (bagian akhir dari 3 tulisan)
M Hidayat Aji Wirabhumi (dipublikasikan pada Rabu, 01 Juli 2020 08:33 WIB)
- Esai
Dengan berakhirnya Majapahit tahun 1478 akibat pemberontakan Sang Munggwing Jinggan dan adik-adiknya itu maka para pemberontak kemudian memindahkan pusat pemerintahan mereka ke Keling (Pare, Kediri) dan tidak di Trowulan lagi. Kemudian kadipaten-kadipaten bawahan Majapahit yang tidak mau mengakui para pemberontak itu sebagai penerus sah Majapahit akhirnya memilih merdeka. Antara lain daerah bawahan yang tidak mengakui kekuasaan Keling adalah:
1. Kadipaten Demak
2. Kadipaten Pengging
3. Kadipaten Terung/Surabaya
4. Kadipaten Balumbung
5. Dan lain-lain.
Yang menjadi raja di Keling, pasca Trowulan runtuh ada dua;
1. Bhre Mataram V, Girindrawardhana Dyah Wijayakarana (1478-1486), sebagai Bhatara i Keling pertama.
2. Digantikan adiknya Bhre Pamwatan III, Girindrawardhana Singawardhana Dyah Wijayakusuma (1486), sebagai Bhatara i Keling kedua.
Karena ibukota dipindahkan dari Keling ke Daha, maka ada dugaan bahwa kemungkinan Bhatara i Keling kedua dikudeta oleh adiknya Bhre Kertabhumi, Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1486-?).
Yang menjadi raja di Kerajaan Daha atau Dayo ada dua;
1. Bhre Kertabhumi, Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1486-1498)
2. Kemudian dikudeta oleh Mahodara untuk menaikkan Bhatara Wijaya atau Batara Vigiaya atau Batara Vojyaya (1498-1427), putra Bhre Mataram Girindrawardhana Dyah Wijayakarana.
Mahodara ingin jadi Patih Mahodara atau Guste Pate Amdura (1498-1527).
Jadi walau Majapahit di Trowulan sudah runtuh tahun 1400 S/1478 M itu, bukan berarti nama Majapahit benar-benar sudah tenggelam sepenuhnya. Para raja daerah bekas wilayah Majapahit yang memiliki hubungan genealogis dengannya, masih berusaha memperebutkan klaim sebagai pewaris tahta Majapahit dan masing-masing mengaku sebagai raja Majapahit. Sebut saja;
1. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya yang mengaku sebagai raja Wilwatiktapura–Janggala–Kaḍiri dalam Prasasti yang dikeluarkankan pada 1408 S/1486 M. Wilwatikta adalah nama lain dari Majapahit.
2. Adipati Jepara Muhammad Yunus alias Pati Unus, menantu mendiang Pate Rodim (Raden Patah) dari Demak. Dalam catatan penjelajah Italia, Pigaffeta, disebut sebagai raja yang menguasai Magepaher (Majapahit) pada 1522 M.
3. Kerajaan Kelantan di Malaysia mengaku sebagai Majapahit Barat yang didirikan oleh Mahapatih Gajah Mada untuk membendung serangan Ayuthaya ke Jawa. Maka dengan runtuhnya Majapahit di Trowulan, Kelantan juga merasa sebagai penerus Majapahit.
4. Kerajaan Balambangan di ujung timur Jawa. Mas Sembar sebagai cucu dari raja terakhir Majapahit, Sri Adi Suraprabhawa tentu juga memiliki klaim sebagai pewaris genealogis dari raja terakhir Majapahit tersebut.
5. Kadipaten Pengging dipimpin Sri Adi Handayaningrat, cucu raja Majapahit. Tentu juga memiliki hak klaim atas tahta Majapahit.
Dan mengenai klaim dari Demak, Pengging, dan Balambangan ini, semakin kuat dibuktikan dengan melihat upaya Sultan Agung dari Mataram nanti, untuk menaklukkan semuanya dalam rangka berebut kepantasan sebagai yang paling layak menjadi penerus Majapahit.
Maka jelaslah bagi kita bahwa pasca-1400 S/1478 M nama Majapahit tidak benar-benar lenyap, melainkan masih menjadi rebutan para penerusnya. Dan di antara penerus itu adalah Mas Sembar putra Lembu Mirudha putra Maharaja Majapahit di Trowulan yg terakhir, Dyah Suraprabhawa (1466-1478).
Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.
Sumber : Suluk Balumbung, Negarakertagama, Babad Demak, Babad Tanah Jawi, Kitab Rajapatigundala, Kitab Korawasrama, Atlas Walisanga, Girindra.
Editor: Antariksawan Jusuf
