Balambangan Termasuk dalam Lamajang Tigangjuru?

M Hidayat Aji Wirabhumi (dipublikasikan pada Senin, 13 April 2020 07:58 WIB)
- Esai



    Lamajang Tigangjuru didirikan berdasarkan perjanjian Songenep (1292) antara Raden Wijaya dengan Arya Wiraraja saat Raden Wijaya memberikan tanah Lamajang dan Tigangjuru kepada Arya Wiraraja jika mereka berhasil mengalahkan Jayakatwang. Arya Wiraraja sendiri baru mulai menempati wilayah pemberian itu tahun 1295. Tahun tersebut dianggap sebagai tahun berdirinya Lamajang Tigangjuru karena dalam Prasasti Penanggungan (1296) nama Arya Wiraraja sudah tidak dicantumkan lagi sebagaimana dalam Prasasti Kudadu (1294) yang mencantumkannya sebagai Rakryan Menteri Makapramuka-nya Majapahit.

     Lamajang Tigangjuru adalah wilayah seluas Lumajang ditambah tiga Juru lainnya yang (selama ini diyakini) luasnya hingga ke Selat Bali. Namun mengenai apa saja nama ketiga Juru tersebut, masih terjadi perdebatan. Pendapat Pertama menyebutkan; (1) Juru Sadeng (Jember), (2) Juru Ketah (Besuki-Situbondo-Bondowoso-Banyuwangi), dan (3) Juru Pajarakan (di Probolinggo). Pendapat Kedua: (1) Juru Sadeng, (2) Juru Ketah, dan (3) Juru Balambangan. Sedangkan pendapat Ketiga: (1) Juru Sadeng, (2) Juru Ketah, dan (3) Juru Songenep.

     Sepertinya nyaris tidak ada perdebatan mengenai Juru pertama dan kedua karena kelak pada tahun 1331 dua daerah itu melakukan perlawanan terhadap pemerintahan pusat sebagaimana Lamajang. Hanya saja mengenai Juru ketiga masih ada perdebatan. Yang jelas pendapat kedua yang mengatakan bahwa Balambagan sudah termasuk salah satu Juru di sana agaknya kurang dapat diterima karena dalam Prasasti Jayanegara (1316?), daerah Malambangan baru sebatas desa-desa yang memperoleh anugerah Sima. Ke-Rama-an atau desa adalah satuan pemerintah terkecil, sedangkan Juru bisa dianggap setingkat Kabupaten.

     Selanjutnya mengenai para raja yang pernah berkuasa di Lamajang Tigangjuru, anggapan umum selama ini hanya mengakui adanya dua orang raja yang masing-masing memerintah dari dua kota yang berbeda. Mereka adalah:

1. Arya Wiraraja (1294-1310) beribukota di Kutha Laja/Arnon
2. Arya Pu Nambi (1310-1316) beribukota di Pajarakan

     Tahun 1316, Arya Pu Nambi terpaksa melawan Majapahit karena terkena fitnah. Setelah itu Lamajang dihancurkan dan kotanya, Pajarakan, dirusak. Negarakertagama menyebutkan dalam Pupuh 48 bait kedua; “Tahun Saka 1238/1316M, bulan madu, Baginda Jayanegara berangkat ke Lumajang menyirnakan musuh. Kotanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan.” 

     Saat itu kiranya, Kota Laja juga dibakar. Sisa-sisa pejuang dari Lamajang itu kemudian lari ke Sadeng di pantai selatan (daerah Puger di Jember sekarang), dan sisa-sisa pejuang lainnya yang dari Pajarakan lari ke Ketha di pantai utara (daerah Besuki di Situbondo sekarang), diperkirakan pelarian yang dari Ketha inilah yang melanjutkan pelarian mereka ke Malambangan dan dihadapi oleh penduduk Malambangan. 

     Prasasti Jayanegara I menyebutkan secara tersirat kisah adanya sisa-sisa pelarian dari Lamajang yang menuju ke Ke-Rama-an (desa) Malambangan lalu dikalahkan oleh para rama (atau Mantri Araraman?) di Malambangan itu. Hal ini membuat sang Raja Jayanegara senang dan kemudian memberi anugerah sima kepada para rama (lebih dari satu Rama) di Malambangan sebagaimana dimaksud prasasti tersebut; 

     “Tampaklah jasa-jasa mereka pada usaha untuk kebahagiaan Sri Baginda Maharaja (Jayanegara). Hal itu menimbulkan rasa terimakasih yang tiada bandingannya dalam hati sanubari Sri Baginda Maharaja. Itulah yang menyebabkan maka Sri Baginda Maharaja menurunkan anugerah kepada masyarakat Malambangan itu jadi sebidang tanah perdikan sima. …diperbolehkan pula melakukan pemujaan ikan sakti... Hal tadi itu berlaku juga bagi keturunan mereka. Tak diperkenankan pula melakukan perubahan oleh pegawai nayaka kepercayaan dan raja-raja yang akan datang, sejak kini sampai nanti untuk selama-lamanya. Daerah itu karena sudah dijadikan tanah perdikan sima, harus tetap dalam kebebasan…”

     Saat itu jangan tanya tentang Balambangan, karena Raja pertamanya saja, menurut Babad Sembar adalah cucu Raja terakhir Majapahit (Dyah Suraprabhawa, 1466-1478). Artinya Lamajang Tigangjuru-nya sudah bubar tahun 1316, sementara Balambangan baru berdiri 162 tahun kemudian di tahun 1479 (setahun pasca Majapahit runtuh). 

Dengan demikian, apakah Lamajang Tigangjuru sama dengan Balambangan?

Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.


Sumber : Jejak Sejarah Kerajaan Balambangan, Sejarah Jawa

Editor: Antariksawan Jusuf