Benarkah Mataram Terlibat Perang Bayu 1771-1772?
M Hidayat Aji Wirabhumi (dipublikasikan pada Jumat, 01 Mei 2020 10:06 WIB)
- Esai
Mengatakan bahwa "Kerajaan Mataram Terlibat dalam Perang Bayu (1771-1772)" adalah salah satu kesalahan akut ketika membahas Sejarah Perang Semesta Balambangan III (biasa disebut Perang Bayu (1771-1772). Mengapa? Mari kita baca Sejarah Mataram dari sumber otoritatif mereka sendiri, Babad Tanah Jawi.
Perhatikan kronologi ini:
PERTAMA, Danang Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram tahun 1588. Kemudian cucunya yang namanya pakai Mas, yaitu Mas Rangsang naik tahta tahun 1613. Kelak dia lebih dikenal sebagai Sultan Agung. Tahun 1614, Mataram menaklukkan Malang dan Lumajang dari Blambangan. Kiranya hanya sebatas itu wilayah Balambangan yang berhasil direbut Mataram hingga akhir kekuasaan Sultan Agung (lihat peta). Pada puncak kejayaannya, wilayah kekuasaan Mataram mencakup sebagian Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Barat, DIY, dan Jawa Timur sekarang, dengan pengecualian daerah Balambangan atau yang sekarang adalah wilayah Probolinggo hingga Banyuwangi). Stoppelaar mengatakan bahwa "Jawa terdiri dari 14 negeri, yang 12 milik Sunan Mataram, yang dua (Banten dan Balambangan) adalah negeri Merdeka". Demikian pula Van Goens mengatakan "Balambangan dipimpin seorang Raja (merdeka)". Maka wajar jika Biegman mengatakan bahwa "Seluruh Jawa menjunjung titah Panembahan Mataram, hanya raja Banten dan Raja Blambangan yang bebas (merdeka)".
KEDUA, Tahun 1645 Sultan Agung wafat dan anaknya yang namanya pakai Mas, yaitu Mas Sayidin naik takhta bergelar Amangkurat I. Lalu terjadi Pemberontakan Trunojoyo yang didukung oleh seluruh raja Jawa (termasuk didukung oleh Tawangalun II) dan berhasil merebut ibukota Mataram (1674-1677), Amangkurat I tewas lalu anaknya yang namanya pakai Mas, yaitu Mas Rahmat naik takhta (dengan bantuan VOC). Tahun 1703 Amangkurat II wafat dan anaknya yang namanya pakai Mas yaitu Mas Sutikna menjadi Amangkurat III. Karena dia anti VOC maka setahun kemudian diturunkan dan Pangeran Puger (dengan bantuan VOC) ditahtakan sebagai Pakubhuwana I.
KETIGA, Pakubhuwana I digantikan anaknya yang namanya pakai Mas, yaitu Mas Suryasaputra (Amangkurat IV), lalu digantikan anaknya yang namanya pakai Mas, yaitu Mas Prabusuyasa (Pakubhuwana II). Pada masa Pakubhuwana II ini ibukota Kartasura direbut oleh Mas Garendhi (Sunan Kuning) tahun 1742. Setahun kemudian (dengan bantuan VOC) Sunan Kuning dikalahkan. Sebagai imbalan atas bantuan itu, Pakubhuwana II tahun 1473 menyerahkan Sedayu, Lamongan, Jipang, Tuban, Madura, dan seluruh wilayahnya di Jatim pada VOC. Anehnya, seluruh Balambangan ikut diserahkan kepada VOC. Entah atas dasar hak apa dia melakukan itu, bukankah wilayah Balambangan yang dulu (tahun 1614) direbut Sultan Agung hanya daerah Malang dan Lumajang?
KEEMPAT, Pada 11 Desember 1749, Pakubhuwana II malah "menyerahkan kefaulatan Mataram kepada VOC". Pangeran Mangkubumi yang telah meninggalkan istana melakukan perlawanan bersama Mas Said dan Pangeran Prabujaka. Perang saudara ini sedikit reda setelah ditandatangani Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang isinya "membagi Kerajaan Mataram" menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta (untuk Pakubhuwana II) dan Kesultanan Yogyakarta untuk Pangeran Mangkubumi/Hamengkubuwana I.
Jelas sampai di sini. Bahwa Kerajaan Mataram sudah lenyap karena dibagi dua sejak 1755.
Sekarang kita tengok Sejarah Balambangan kita, sumbernya dari Daghregister VOC, Babad Tawangalun, Babad Bayu, dan Babad Notodiningratan. Intinya, setelah tahun 1743 VOC merasa memiliki negeri Balambangan berdasarkan perjanjian 1743 itu. Maka ketika tahun 1765 Inggris memulai kerjasama dagang dengan Balambangan, VOC khawatir. Lalu VOC berusaha mencegah terjadinya kerjasama Balambangan-Inggris itu dengan mengirim pasukan pendudukan ke Balambangan. Awalnya VOC meremehkan kekuatan Balambangan dan tidak menduga akan sampai lima kali ekspedisi:
EKSPEDISI PERTAMA menjadi sebab terjadinya Perang Balambangan I (perang Kabakaba) tahun 1767. Saat itu Pasukan VOC terdiri dari, pasukan Infanteri Eropa dari Semarang, Prajurit Eropa lainnya dari Surakarta dan Surabaya. Ditambah sekutu pribumi dari Bangkalan dan Surabaya.
EKSPEDISI KEDUA dalam rangka Perang Balambangan II (perang Wilis) tahun 1767-1768. Pasukan VOC terdiri Prajurit Eropa dari Banger, Bangkalan, Surabaya, Gresik, Sumenep, prajurit China dari Semarang, dan prajurit Melayu serta Bone dari Surabaya.
EKSPEDISI KETIGA & KEEMPAT dalam rangka Perang Balambangan III/perang Rempeg Jagapati (yang biasa disebut Puputan Bayu) tahun 1771. Pasukan VOC terdiri Prajurit Eropa dari Batavia, Surabaya, Pasuruan, Yogyakarta, dan Surakarta, termasuk pasukan elit Dragonders sebanyak 80 orang (dalam perang ini nanti yang 30 tewas). Ditambah prajurit pribumi asal Surabaya, Bangil, dan veteran perang sebelumnya yg tinggal di Panarukan. Dan pasukan pribumi baru dari Lumajang, Bangkalan, Sumenep, Surabaya, dan Pamekasan. Dalam Ekspedisi keempat ini sebenarnya Sultan Hamengkubhuwana I menawarkan sejumlah pasukan Yogyakarta untuk dipersenjatai oleh VOC, tapiVOC "menolak" karena melihat sepak terjang Sultan dulu yang pernah melawan VOC, VOC khawatir senjata bantuan itu justeru akan digunakan untuk melawan VOC sendiri.
EKSPEDISI KELIMA dalam rangka perang Balambangan IV/perang Jagalara dan Sayuwiwit (perang Bayu II) tahun 1772. Pasukan VOC terdiri dari: pasukan pribumi asal Sumenep, Bangkalan, Panarukan, Sampang, Surabaya, Pasuruan, Bangil, dan Pamekasan. Total 10.000 orang. Mereka membantu pasukan ekspedisi III dan IV yang masih berperang. Dan hasilnya VOC menang, Balambangan kalah.
Dari dua kronologi di atas jelas terlihat bahwa Kerajaan Mataram runtuh 1755 sedangkan Perang Banyu baru terjadi tahun 1771-1772. Maka bisakah Kerajaan Mataram terlibat dalam Perang Bayu?
Redaktur menerima berbagai tulisan, kirimkan tulisan anda dengan mendaftar sebagai kontributor di sini. Mari ikut membangun basa Using dan Belambangan.
Sumber : Jejak Sejarah Kerajaan Balambangan, Sejarah Jawa
Editor: Antariksawan Jusuf